Friday, November 14, 2008

Setia pada Pilihan

Memilih jurusan saat memasuki jenjang universitas bagi sebagian orang adalah pilihan yang berat. Berat karena pilihan ini harus dipertanggung jawabkan. Berat juga karena bertanggung jawab adalah pekerjaan orang dewasa ,  dan  terkadang kita yang telah mengantongi ktp dan berhak ikut pemilu tidak mampu berperilaku secara demikian.



Kurang lebih dua tahun lalu, saat saya dan teman-teman seangkatan masih menjadi siswa  SMA kelas  2, topik mengenai jurusan, universitas, dan dunia perkuliahan menjadi perbincangan yang seru.  

Beberapa teman saya dengan penuh keyakinan tinggi telah menetapkan universitas beserta jurusan yang ingin ditujunya selepas sekolah. Pilihan mereka didukung dengan berbagai argumen keluarga ,rekomendasi sana-sini, serta informasi dari deretan brosur hasil menghadiri belasan education fair.

Mereka inilah yang bertekad bulat, yang lalu  sibuk mengikuti  privat bahasa tiap akhir minggu, bimbingan belajar di lembaga ternama serta tak lupa bolak-balik mengurusi surat dan dokumen yang beragam jenisnya.


Sementara saya adalah orang yang selalu bimbang. Beberapa kali saya mencoba untuk menentukan pilihan namun pilihan itu terus berganti seiring pergerakan bulan. Ada kalanya saya yakin untuk memilih jurusan desain, karena saya menyukai bidang ini namun seringkali merasa kurang  berbakat sehingga berpindah pilihan ke management dan akuntansi.  Sempat pula berfikir untuk memilih jurusan jurnalistik yang kemudian berganti lagi dengan pilihan jurusan-jurusan lainnya.  Lelah berfikir saya lalu memutuskan untuk menunggu keyakinan itu datang saat bangun di suatu pagi yang cerah.

Menjelang dimulainya tahun ajaran terakhir, saya masih saja tidak dapat menentukan pilihan. Namun berbagai universitas telah membuka pendaftaran dan mau tak mau , yakin tak yakin saya harus memilih. Akhirnya saya memutuskan untuk mengambil beberapa formulir dari kampus yang direkomendasikan oleh teman, mengisi seluruh formulir, melengkapi surat-surat, mengisi kolom pilihan jurusan setelah perenungan semalam suntuk, dan mengikuti persyaratan tes dan lainnya.


Singkat cerita, setelah adanya kegagalan , perdebatan dengan orang tua, dialog panjang melalui telepon dengan teman-teman serta pertimbangan berbagai faktor saya pun berhasil menjadi mahasiswa! Jurusan Desain Komunikasi Visual. 

_

Kini telah tiga semester menjalani pilihan saya. Saya pun sadar jika keyakinan itu tidak akan dengan sendirinya datang.Keyakinan akan terbentuk perlahan untuk kemudian menjadi nyata. Menjalani pilihan saya bukanlah hal yang mudah, namun memang tidak ada sesuatu yang mudah untuk memperoleh sesuatu yang besar .Soal keyakinan, percayalah ia akan datang saat pilihan dijalani. 

Bagi saya kita hanya butuh mencintai pilihan kita.  Jika kemudian permasalahan dan kesulitan muncul, saat itulah kita dituntut bersikap dewasa, bertanggung jawab akan pilihan kita. Setia pada pilihan yang kita cintai :). 

9 comments:

rosa said...

bener banget!
gua setuju ama kata2 lu!
kalo soal pilihan tinggal bagaimana kita mencintainya..
masalahnya,
gua masih blom mencintai akuntansi tuh!
hahahhaha

Andrew Ignatius said...

hahaha ga menarik ya ros? apa lebih tertarik sama ukm cantik :D

Anonymous said...

daN topik menGenAi kuliAh, wakTu itu mnjAdi topik yAng pAling nybelin buAT gw..hahaha...
but i do agRee wiTh u,,nDru!!

saMa seperti keadaan gw yg dilempar kesiNi!!haha...
sapa suruh gw gag ngelawan dari awal?jadilah gw kuDu menjAlani kehiDupAn disini..
tapi skarang mulAi enjoy sih,,walaupun capek jg ama tugas2 yg bAnyakk....

tapi belAjar mencinTAi pilihAn, iTu SANGAT diperlukan dehh mEnurut gw...^^.


-wEnZ-

Unknown said...

Living with no regrets, eh? Idealnya banget tuh...

But it's true, setuju gw ma lo. Masuk jurusan apapun, milih bidang apapun, pasti ntar2nya suatu saat kpentok masalah juga.. Makanya ga ada yg bilang life is easy, Xp

Cuma apakah masalah itu lo anggap worth it apa ga dibanding ma reward-nya, ehehehe...

Andrew Ignatius said...

betul sel living with no regrets.
kadang kita harus melihat ke belakang tapi gak tertinggal di belakang, we gotta learn to move forward :)

Anonymous said...

gw setuju ma pendapat lo dru..
dimanapun,apapun,dan pilihan apapun klo emang udah ada d genggaman kita,, ya itu milik kita dan kita yg harus bertanggung jawab atas semuanya,,^^

Anonymous said...

gw inget koq dru tampang lu yg cengo klo dtanya mo msk mn..
gw jg byk bgt tuh formulir n kartu pserta ujian dr bbg kampus n jurusan..ga ad yg nyambung lg..
nyasar d bali lg..
n gw rasa lu mulai dpt kyakinan krn lu dah bs bersyukur..
lg pula kt ga tau k dpnny kt bakal jd ap kan..
tp pasti kpake jg koq..
jd buat c acen..
klo blm bs cinta,,seenggakny lu bsyukur dl..
makasi tuh ma nykap lu mo nguliahin..
ma dosen jg yg betah liat lu..(piz man)..
byk tau ank2 d kampung yg mo kuliah akun tp ga bs..
ah gmn seh neh c acen mah..
jd komenin elu dah..

-hell'z

Andrew Ignatius said...

HAHAHHA ross dengarkan kata helsa tuhh

rosa said...

aku malu
aku malu